Monday 13 January 2014

God of War – Ascension

 
Dari semua game hack and slash yang bertebaran di industri game, Sony Santa Monica boleh terbilang menciptakan salah satu franchise terbaik dengan pesona yang masih belum tertandingi saat ini. Benar sekali, kita tengah membicarakan nama besar God of War.


Ujung tombak eksklusif milik Sony dan produk konsolnya ini memang terhitung unik, membalut dan memodifikasi mitologi Yunani dalam sebuah mekanisme gameplay dan gaya sinematik yang didesain untuk menciptakan pengalaman yang unik. Membunuh para dewa dengan brutal, berhadapan dengan lusinan monster berukuran masif, serta membawa kehancuran dunia sebagai konsekuensinya, tiga seri awal God of War menjadi sebuah standar game hack and slash yang diimpikan oleh banyak gamer. Berakhirnya cerita Kratos di seri ketiga ternyata tidak membawa akhir bagi kisah ini. Sony Santa Monica merilis sebuah cerita prekuel lewat God of War: Ascension.
Anda yang sudah membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah mendapatkan sedikit gambaran apa yang sebenarnya ditawarkan oleh seri yang satu ini. Walaupun hadir di sebuah konsol dengan teknologi lawas, Sony Santa Monica tampaknya berhasil memaksimalkan setiap aspek Playstation 3 untuk memastikan game ini berjalan secara optimal. Berjalan dengan framerate yang dapat diandalkan, God of War: Ascension tetap mampu mempertahankan identitas franchise-nya sebagai game eksklusif dengan visualisasi yang pantas untuk diacungi jempol. Intisari gameplaynya sendiri tidak banyak berbeda, namun ada begitu banyak elemen yang harus diadpatasikan mengingat statusnya sebagai sebuah game prekuel.
Dengan pesona yang ia tawarkan dan identitas yang tampaknya berusaha tetap dipertahankan, mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah seri yang kurang greget? Apa yang sebenarnya kurang dari God of War: Ascension ini?

Plot

Anda akan berperan sebagai Kratos “muda”, bahkan sebelum God of War pertama. Konspirasi antara Ares dan Furies mengurung Kratos dalam ilusi setelah sebuah tragedi besar yang menimpanya.
Sebagai sebuah prekuel, God of War: Ascension membawa timeline cerita sebelum event yang terjadi di God of War pertama. Anda masih akan berperan sebagai Kratos, seorang prajurit Spartan terbaik yang tidak pernah mengenal rasa takut, namun di sisi lain, begitu mencintai keluarga kecilnya yang bahagia. Namun sebuah tragedi terjadi penuh darah pun terjadi, sebuah kejadian yang membentuk Kratos menjadi sosok hero yang selama ini kita kenal.
Tidak lagi berhadapan dengan para dewa, Kratos kini harus bertempur melawan para Furies – sebuah ras yang tidak dapat digolongkan Titan dan Dewa, tetapi memiliki kemampuan yang hampir serupa. Lahir dari pertempuran antara para Titan dan Dewa di masa lalu, Furies menjadi kelompok penjaga keadilan, bawahan para Dewa untuk menghukum siapapun yang melanggar sumpah mereka dengan para dewa. The Furies yang akan menjadi fokus di Ascension adalah Magaera – yang mampu memanipulasi objek hidup, Tisiphone dengan kemampuan ilusinya, serta Alecto – sang pemimpin yang terkuat. Di bawah ketiga Furies inilah, Kratos harus berhadapan dengan salah satu ancaman terbesar di awal hidupnya. Ancaman yang juga membentuk karakter Kratos seperti yang kita kenal sat ini.
The Furies inilah yang akan menjadi musuh utama Anda: Alecto, Magaera, dan Tisiphone dengan kemampuan uniknya masing-masing.
Di bawah bimbingan Orkos, seorang Furies yang berkhianat, Kratos mulai mempelajari apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Untuk keluar dari ilusi Tisiphone, Kratos harus mencari the Eyes of Truth.
Melupakan darah sang anak dan istri yang mengalir di tangannya, Kratos hidup “damai” di bawah ilusi milik Tisiphone untuk waktu yang cukup lama. Namun persinggungannya dengan Orkos, seorang Furies yang berkhianat memberikan sedikit gambaran akan apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun sadar ia hidup di dalam sebuah ilusi, Kratos sendiri tidak memahami malapetaka seperti yang sudah ia ciptakan untuk keluarganya. Dalam usahanya untuk bertemu The Oracle, ia mempelajari bahwa satu-satunya cara untuk kembali ke kenyataan adalah dengan mendapatkan the Eyes of Truth dan mengalahkan para Furies. Perjalanan ini mulai membuka lebih banyak misteri tentang eksistensi The Furies, latar belakng, dan hubungannya dengan Ares – sang dewa perang.
Petualangan besar pertama Kratos pun dimulai. Ia bahkan harus berhadapan dengan Aegeon – sang Hecatonchires. Monster sebesar ini? Tenang saja, monster besar ini hanyalah satu bagian kecal dari Aegeon yang besarnya tak berbeda dengan Titan.
The journey starts..
Walaupun dibuka dengan adegan Kratos yang terperangkap di dalam Aegaeon, si Hecatonchires di awal permainan, namun God of War: Ascension akan bergerak dengan semua alur timeline yang maju mundur. Pertemuan dan pertempuran melawan Megaera juga dibarengi dengan cerita masa lalu yang mendasari pertemuan, konflik, dan latar belakang yang menyeret The Furies di tengah usaha Kratos untuk mendapatkan kembali realitanya sendiri.
Lantas apa yang sebenarnya direncakan oleh Ares? Mengapa para Furies ini berusaha untuk menghalangi sepak terjang Kratos? Siapa pula sosok Orkos – Furies yang membantu perjalanan Kratos? Semua jawaban dari pertanyaan ini dapat terjawab begitu Anda memainkan God of War – Ascension ini.
8


Intisari Gameplay  yang Tidak Banyak Berubah

Intisari gameplay yang ditawarkan oleh Ascension tetap sama dengan seri-seri sebelumnya. Kratos tetap akan mengandalkan Blade of Chaos nya untuk menghadapi semua ancaman yang ada.
Sebagai sebuah game hack and slash, God of War memang tidak memiliki ruang yang luas untuk tumbuh, berkembang, atau sekedar menawarkan hal inovatif yang belum pernah ditawarkan oleh franchise kompetitor lainnya. Oleh karena itu, bertahan dengan mekanisme serupa, Sony Santa Monica hanya memodifikasi beberapa elemen yang sebenarnya sudah ada sebelumnya dan memberikannya peran yang lebih krusial. Statusnya sebagai prekuel juga memaksa developer ini untuk menghilangkan beberapa hal krusial yang seolah sudah menjadi identitas God of War selama ini.
Blade of Chaos masih menjadi ujung tombak Kratos untuk menundukkan setiap tantangan yang hadir untuknya, bahkan di Ascension ini. Dengan mengeksekusi kombinasi tombol sederhana yang terbagi atas dua kategori besar – serangan ringan dan berat, Anda bisa menghasilkan rangkaian serangan kombo dengan cepat. Menahan tombol L1, maka Anda akan masuk ke dalam mode serangan yang lebih kuat yang lebih ditujukan untuk menghasilkan damage lebih besar di area yang lebih luas. Musuh yang lebih beragam dengan jenis serangannya yang unik memang menjadi tantangan yang tidak bisa dianggap remeh. Oleh karena itu, tidak hanya sekedar membabi buta, menghindar dengan timing yang tepat dan melancarkan serangan balik akan menjadi strategi untuk memenangkan pertarungan dengan lebih efektif.
Namun bukan berarti Anda bisa menyerang membabi buta. Beberapa musuh hadir lebih menantang, sehingga Anda butuh untuk bersikap lebih strategis, menghindar dan mencari celah untuk melancarkan serangan yang lebih efektif.
Give me my orbs!!
Sistem orb juga tetap dipertahankan di seri terbaru ini. Dari setiap musuh yang berhasil Anda tundukkan atau peti yang dibuka, Anda akan mendapatkan orb dengan tiga warna untuk menandai fungsi yang berbeda. Merah berfungsi tak ubahnya sebuah “mata uang” untuk memperkuat senjata dan serangan magis yang Anda dapatkan, biru untuk memulihkan mana serangan magic, dan hijau untuk memastikan bar health Anda kembali terisi penuh. Salah satu perbedaan yang kentara adalah kehadiran Gorgon Eyes dan Phoenix Feather untuk memperpanjang bar yang kini jauh lebih mudah ditemukan. Ia tidak lagi tersembunyi dalam batas yang membutuhkan usaha ekstra untuk mencarinya, namun Anda bisa saja secara tidak sengaja menemukanya di sudut-sudut ruangan yang tidak sengaja Anda jelajahi.
Sebagai sebuah prekuel, Sony Santa Monica memang tidak mungkin memaksakan diri dan bertahan dengan beragam jenis senjata yang berhasil direbut Kratos ketika memburu para dewa di tiga seri sebelumnya. Tidak bersinggungan dengan para dewa sama sekali di seri ini, variasi senjata Kratos kini dihadirkan lewat mekanisme yang berbeda. Bertahan dengan Blade of Chaos, Kratos akan mendapatkan ekstra kekuatan elemen seiring dengan progress cerita. Jadi alih-alih hanya sekedar serangan biasa, Anda kini bisa membubuhkan api dari Ares, listrik dari Zeus, es dari Poseidon, dan kegelapan dari Hades untuk membuka varian serangan, efek, dan damage ekstra untuk setiap serangan yang Anda lancarkan. Anda juga akan dibekali dengan shorcut yang akan memudahkan untuk mengganti setiap elemen ini secara real time dalam pertempuran. Tidak hanya itu saja, setiap elemen ini juga dapat diperkuat dengan orb merah untuk membuka serangan yang lebih mematikan. Mengumpulkan bar rage yang cukup, Anda juga bisa melancarkan serangan spesial setiap elemen untuk menghasilkan damage area yang dibutuhkan.
Anda tetap berkesempatan untuk memperkuat Blade of Chaos, bahkan untuk setiap elemen yang dikenakan. Selain memperbesar damage yang mungkin bisa dihasilkan, upgrade juga akan memungkinkan Kratos mengakses beberapa skill dan serangan yang lebih kuat.
Tidak ada lagi beragam senjata dewa yang bisa Anda gunakan. Anda hanya akan mendapatkan variasi elemen serangan Blade of Chaos di Ascension ini.
Mekanisme variasi senjata digantikan dengan mekanisme senjata pihak ketiga yang dapat Anda pungut dan gunakan dalam jumlah tertentu.
Lantas bagaimana jika Anda harus berhadapan melawan musuh dengan sayap yang tidak terjangkau oleh Blade of Chaos? Di sinilah fungsi grappling sang pedang begitu berguna. Menghadapi musuh yang lebih besar secara kuantitas ataupun mereka yang bergerak di luar jangkauan, Kratos dapat menggunakan pedang ini untuk menarik musuh mendekat dan kemudian melancarkan kombo untuknya. Tidak hanya untuk menarik, musuh darat yang diikat dengan Blade of Chaos juga tidak akan mampu menyerang, membuatnya efektif untuk melakukan crowd-controlling untuk keuntungan Kratos sendiri. Selain Blade of Chaos, Kratos kini juga bisa menggunakan senjata yang dijatuhkan oleh para lawan untuk memberikan efek serangan yang berbeda, dari godam untuk musuh yang menggunakan armor, hingga tombak untuk musuh yang berada di luar jangkauan Blade of Chaos. Namun perlu diingat, senjata-senjata ini hanya bisa digunakan dalam waktu yang terbatas. Terdesak dan tidak lagi kuasa menerima damage yang ada? Anda bisa melancarkan serangan magic , tidak untuk sekedar memberikan damage, tetapi juga memberikan status immune selama waktu eksekusi yang terbatas.
Tetap hadir dengan serangkaian puzzle yang Anda butuhkan, Ascension akan memaksa Anda untuk memutar otak. Mekanisme ekstar seperti kemampuan mengendalikan waktu dan menciptakan duplikat memang memberikan tantangan tersendiri.
The epic QTE!
Seperti halnya seri-seri God of War sebelumnya, sisi eksplorasi juga akan membawa serangkaian puzzle yang harus diselesaikan untuk memastikan Anda mampu bergerak menuju chapter setelahnya. Kratos akan dibekali dengan kemampuan untuk mengendalikan waktu, menciptakan duplikat, hingga menghancurkan perangkap ilusi untuk memastikan hal ini dimungkinkan. Namun jangan takut bahwa puzzle ini akan membuat Anda terperangkap dalam sebuah area untuk waktu yang lama. Dengan alur pemikiran yang logis dan beberapa trial dan error, Anda akan dapat dengan mudah mencari dan menemukan apa yang sebenarnya butuh Anda lakukan untuk memecahkan setiap misteri yang ada.
Salah satu identitas yang tidak mungkin dipisahkan dari franchise God of War adalah sistem Quick Time Event sinematiknya yang memanjakan mata. Hal yang sama juga tetap dipertahankan di Ascension ini. Namun tidak lagi berfokus pada penggunaan analog, sebagian besar QTE hanya akan menuntut untuk sigap menekan keempat tombol aksi yang ada. Seolah sudah dapat diprediksi, QTE ini masih akan membawa Anda pada pertempuran Kratos dengan kamera dan animasi gerakan sinematik nan epik yang akan terus membuat mata Anda termanjakan. Sistem yang sama juga diterapkan setiap kali Anda mengeksekusi setiap musuh kuat yang Anda temui. Namun tidak lagi sekedar menawarkan QTE, beberapa musuh yang ada akan memaksa Anda untuk terlibat dalam pertempuran satu lawan satu, sekedar menyerang dan menghindar, sebelum dapat dieksekusi dengan gerakan yang super brutal. Gagal dalam event ini, maka ada dua konsekuensi yang biasanya harus Anda hadapi – antara mengulang QTE atau menerima damage yang bisa saja mengakhiri petualangan Kratos secara instan.

Sayangnya, Kurang Gereget!

Walaupun secara kualitas, Ascension memperlihatkan atmosfer permainan yang serupa, namun ada beberapa hal yang mungkin akan membuat ekspektasi gamer tidak terbayarkan.
Preview kami sebelumnya memang secara terbuka menyoroti bagaimana game ini berhasil mempertahankan atmosfer epik dan brutal yang selama ini identik dengan franchise God of War. Namun seiring dengan progress cerita dan waktu gameplay yang bergerak, Sony Santa Monica tampaknya harus menghadapi konsekuensi atas keberanian mereka menjadikan sebuah prekuel sebagai timeline utama. Bagi gamer yang sudah memainkan tiga seri sebelumnya, secara psikologis,  melakukan komparasi Ascension dengan ketiga seri ini memang menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan. Setelah pengalaman luar biasa yang ditawarkan oleh God of War 3, Ascension memang menghadapi tugas yang berat untuk dapat membuat gamer mengalami sesuatu yang lebih baik, epik, dan sinematik. Benar saja, Ascension gagal melakukan hal ini. Ia tampil sebagai sebuah seri yang kurang gereget.
Tidak berkesempatan untuk mempertahankan beberapa elemen karena statusnya sebagai prekuel, sebuah sensasi yang hilang ini mulai terasa begitu Anda menjajal gameplay-nya sendiri. Tidak ada senjata ekstra yang bisa Anda gunakan selain Blade of Chaos dan perputaran setting yang dijelajahi Kratos menjadi salah satu kelemahan terbesar. Kesempatan untuk menghancurkan musuh dengan varian senjata yang lebih destruktif seolah tenggelam begitu saja. The Furies memang menjadi ancaman yang tidak kalah menyeramkannya dengan para dewa, namun ketiga musuh ini tidak mampu menawarkan pengalaman bertempur yang serupa. Fakta bahwa Anda akan terus terlibat dengan ketika “makhluk” ini dalam alur yang maju-mundur seolah merebut potensi yang sebenarnya mampu ditawarkan oleh Ascension.
Fakta bahwa Anda hanya bisa menggunakan Blade of Chaos di sepanjang permainan adalah salah satu hal yang patut untuk disayangkan.
Dengan isi tubuh yang terburai, Ascension memang memperlihatkan kesan yang lebih kejam. Namun tidak cukup fenomenal untuk membuat Anda ikut berteriak kesakitan karenanya.
Lantas bagaimana dengan tingkat brutalitasnya sendiri? Ascension masih menawarkan pertempuran penuh darah dan Kratos yang tetap kejam luar biasa, bahkan hingga memperlihatkan bagian dalam tubuh musuh yang terburai begitu saja. Namun berharap untuk menemukan kejadian fenomenal yang sempat memicu kontroversi seperti saat Kratos mencabut kepala Helios begitu saja? Bersiaplah untuk kecewa. Posisinya sebagai sebuah seri prekuel sangat membatasi apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh Sony Santa Monica di Ascension. Bayang-bayang God of War 3 menjadi gerhana besar yang tidak bisa lagi dibendung oleh seri prekuel ini.

The Trial of Archimedes – Bagian Tersulit Sepanjang Sejarah God of War

Anda mungkin akan berteriak frustrasi ketika berhadapan dengan Trial of Archimedes untuk pertama kalinya.
Terlepas dari statusnya sebagai sebuah game hack and slash, God of War bukanlah sebuah game yang bisa diselesaikan dengan hanya sekedar menarik dan melemparkan Blade of Chaos Anda ke sembarang arah musuh. Ada strategi tertentu untuk menimalisir damage yang ada, tetapi juga memastikan diri mampu bergerak dan menyerang secara efektif. Untungnya, dari semua musuh dan situasi berbahaya yang ada, tidak ada satupun pertempuran yang akan membuat Anda merasa frustrasi, atau bahkan berpikir bahwa ia tidak mungkin untuk diselesaikan. Setidaknya hingga Anda bertemu dengan Trial of Archimedes di Ascension, salah satu chapter yang muncul sebelum Anda mengakhiri game yang satu ini.
Ini boleh terbilang menjadi tantangan tersulit yang pernah kami rasakan selama sejarah franchise God of War. Bertempur di tingkat kesulitan normal, Anda harus selamat dari tiga lantai ujian yang memang dipersiapkan untuk menghabisi nyawa Anda. Musuh yang hadir bukanlah musuh mudah yang bisa Anda hancurkan dengan beberapa kombo terkuat. Kombinasi musuh yang mampu menyerang jarak jauh dan jarak dekat, serta armor yang terhitung alot, akan memaksa Anda terus bermanuver dan menyerang kapanpun Anda memiliki kesempatan. Mengapa sulit? Selain kombinasi musuh tiga lantai yang akan membuat Anda frustrasi, setiap lantai Trial of Archimedes tidak akan menyediakan orb hijau untuk memulihkan health Anda secara signifikan. Hasilnya? Health yang Anda bawa di setiap lantai akan diteruskan ke lantai selanjutnya. Di tingkat kesulitan normal dan yang lebih tinggi, game over tampaknya sudah menjadi konsekuensi yang harus Anda hadapi, setidaknya hingga Anda mampu menemukan celah dan menyelesaikan ujian ini.

Sexist?

Wanita memang menjadi salah satu pesona God of War dan Ascension mempertahakan identitas tersebut. Namun kali ini dalam skala yang membuat kesan sexist kentara keluar darinya.
Wanita adalah salah satu pesona God of War, siapa yang berani menyangkal hal tersebut. Tidak main-main, mereka bahkan menyisipkan permainan arcade dengan konten seksual implisit dan beberapa adegan wanita tanpa busana untuk menarik perhatian basis fans, yang memang sebagian besar pria. Gamer mana yang tidak terpesona dengan keindahan dan kemolekan tubuh Aphrodite di God of War 3 dan memuji Sony Santa Monica atas desainnya yang luar biasa. Seolah mampu menangkap “keinginan” gamer, kuantitas karakter dengan jenis kelamin ini kian diperbanyak di Ascension. Banyak dalam tingkat tidak masuk akal, mungkin cukup untuk membuat para wanita Feminis merasa tidak nyaman.
Tidak hanya The Furies saja yang akan menjadi bulan-bulanan Anda, sebagian besar musuh yang lain juga mengusung jenis kelamin ini.
Bentuk monster seperti ini mulai terlihat sebagai sebuah pemandangan umum di Ascension.
Apa pasal? Selain wanita dengan desain memanjakan mata yang tetap dipertahankan di dalamnya, sebagian besar musuh yang Anda hadapi ternyata berjenis kelamin wanita, melihat dari ciri-ciri fisik yang ada, bahkan 80% darinya. Tidak hanya tiga orang Furies: Megaera, Tisiphone, dan Alecto yang kesemuanya wanita, Anda akan bertemu dengan monster-monster berukuran masif yang juga berjenis kelamin sama. Membunuh, memukuli, dan menganiaya mereka dengan cara yang super brutal, tidak akan menjadi sesuatu yang mengejutkan jika God of War – Ascension suatu saat akan dicurigai dan dituduh sebagai sebuah game yang sexist. Bahkan beberapa artikel game dari situs luar negeri juga mulai menyoroti hal yang sama.

Kesimpulan

Walaupun masih memiliki daya tariknya sendiri, God of War: Ascension terhitung gagal untuk keluar dari bayang-bayang God of War 3 yang tumbuh menjadi standar tersendiri. Gamer yang berharap bahwa seri ini akan mampu tampil lebih wah tampaknya harus bersiap menelan pil pahit, karena terlepas dari serupanya beragam elemen yang ia tawarkan, Ascension gagal tampil dalam kualitas yang lebih mengagumkan dan menjanjikan dibandingkan trilogi sebelumnya. Ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang akan membuat banyak gamer penggemar God of War hanya melihatnya sebagai sebuah prekuel yang tidak terlalu memorable. Sebuah seri yang dengan mudah, lewat begitu saja.
Berani, ini mungkin kata pertama yang tepat untuk menggambarkan langkah yang ditempuh oleh Sony Santa Monica ketika menelurkan God of War: Ascension. Bagaimana tidak? Seolah sudah mencapai klimaksnya yang luar biasa di God of War 3, hampir tidak mungkin bagi developer yang satu ini untuk melahirkan sebuah seri yang lebih baik, lebih brutal, dan lebih epik. Membungkusnya dengan sosok Kratos yang lebih “manusiawi” tidak membuat Ascension ini tampil lebih maksimal. Beberapa identitas yang tetap dipertahankan, dengan tingkat visualisasi yang luar biasa tentu saja menjadi nilai jual yang akan menarik gamer-gamer setia Playstation 3. Sulit rasanya untuk tidak membandingkan, dan sejauh ini God of War: Ascension memperlihatkan atmosfer God of War yang kurang gereget dibandingkan dengan seri-seri sebelumnya.Terlepas dari QTE-nya yang tetap sinematik  dan menawan, ada sensasi yang terasa kurang di seri Ascension yang satu ini.
Ada beberapa kelemahan yang patut dicatat dari seri ini, terlepas dari kurang geregetnya pengalaman yang ia hadirkan. Keputusan untuk hanya menjadikan Blade of Chaos sebagai satu-satunya senjata yang bisa digunakan tentu saja menjadi catatan tersendiri. Sony Santa Monica seharusnya menyisipkan sebuah cerita yang memungkinkan Kratos untuk menggunakan rangkaian senjata dari dewa-dewa lain yang bisa digunakan secara permanen, daripada sekedar menjadikan senjata musuh sebagai alternatif pilihan. Brutalitas yang ditawarkan memang masih penuh darah, namun tidak cukup untuk kejam untuk membuat Anda terkejut dan terpesona seperti layaknya God of War 3 di masa lalu.
Walaupun masih memiliki daya tariknya sendiri, God of War: Ascension terhitung gagal untuk keluar dari bayang-bayang God of  War 3 yang tumbuh menjadi standar tersendiri. Gamer yang berharap bahwa seri ini akan mampu tampil lebih wah tampaknya harus bersiap menelan pil pahit, karena terlepas dari serupanya beragam elemen yang ia tawarkan, Ascension gagal tampil dalam kualitas yang lebih mengagumkan dan menjanjikan dibandingkan trilogi sebelumnya. Ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang akan membuat banyak gamer penggemar God of War hanya melihatnya sebagai sebuah prekuel yang tidak terlalu memorable. Sebuah seri yang dengan mudah, lewat begitu saja.

Kelebihan

Ascension menawarkan cerita yang pantas untuk diacungi jempol. Menjadi jawaban misteri dari kemarahan dan dendam Kratos selama ini.
  • Plot
  • Visualisasi yang luar biasa
  • Musik yang epik
  • Kamera sinematik
  • QTE yang tetap memanjakan mata
  • Tingkat kesulitan yang lebih menantang

Kekurangan

Terlepas dari begitu banyak darah yang terkucur dan bagian tubuh yang terpotong di seri ini, kesan brutalitasnya sendiri terasa menurun jika dibandingkan dengan God of War 3 yang membuat kesan Kratos tak ubahnya seorang maniak.
  • Variasi senjata yang hanya berfokus pada Blade of Chaos
  • Brutalitas yang terasa kurang
  • Keseluruhan pengalaman yang terasa kurang memenuhi ekspektasi
  • Kehadiaran segudang karakter wanita yang terkesan dipaksakan
Cocok untuk gamer: yang mencintai game hack and slash berkualitas, penggemar God of War
Tidak cocok untuk gamer: yang memuja sosok Kratos sebagai dewa perang brutal yang tidak mengenal emosi lain selain amarah dan balas dendam




Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Entri Populer

 
 

What they say

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger